Jumat, 11 April 2014

Surabaya - Kota Pahlawan

Surabaya, kota yang menurut saya jauuuuh lebih panas daripada Jakarta. Beberapa isu yang beredar adalah curah hujan yang "sengaja" dikurangi agar lumpur lapindo kering ~.~ 

Saya cukup sering bolak balik ke Surabaya untuk tugas kantor. Dulu, di kantor lama, saya pergi untuk mencari penerima beasiswa dari beberapa universitas di Surabaya dan Malang. Sekarang, di kantor baru, saya pergi untuk mengunjungi lokasi pabrik perusahaan yang ada di Tuban. 

Setiap kali saya pergi melaksanakan tugas kantor, saya selalu menyempatkan diri untuk mengunjungi tempat - tempat wisata dan mencoba makanan khas kota tersebut. Nah, pada kesempatan kali ini, ijinkan saya untuk membagi beberapa tempat wisata dan tempat makan di Surabaya.

MonKaSel (Monumen Kapal Selam) adalah salah satu tempat wisata yang saya kunjungi karena kebetulan terletak dekat hotel tempat saya menginap. Sesuai dengan namanya, terdapat satu kapal selam KRI Pasopati 410 yang dulunya adalah bagian dari  Armada Divisi Timur. Kapal selam ini di-rekonstruksi ulang di area monumen sebagai kenangan untuk pejuang Indonesia. Hehe.. kurang lebih seperti itulah yang diceritakan oleh guide (dan tentunya yang saya ingat) saat saya mengunjungi museum ini. Guide saya waktu itu adalah seorang Bapak Tua yang sangat bersemangat menjelaskan tentang kapal selam dan beliau begitu berdedikasi karena beliau masih menggunakan seragam yang sama seperti yang beliau gunakan saat bertugas di kapal selam tersebut. Menurut saya monumen ini menarik untuk dikunjungi, karena saya jadi tahu bagian - bagian kapal selam, mulai dari ruang kemudi, tempat kru kapal selam tidur, tempat persediaan, dsb. But, honestly, it's quite spooky ^^ Tiket masuk MonKaSel tergolong murah, yaitu RP 5.000,- per pengunjung.
MonKaSel - salah satu monumen yang patut dibanggakan di Indonesia
House of Sampoerna. Yup, sesuai nama, museum ini adalah milik Sampoerna. Museum ini dibangun sebagai tribute terhadap perkembangan bisnis yang dimiliki keluarga ini dan juga sebagai tempat pembelajaran bagi masyarakat yang ingin melihat bagaimana proses melinting rokok yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Semua benda sejarah yang terdapat dalam museum ini menarik untuk dilihat dan untuk diajak berfoto bersama, hehehe... Seperti motor tua, mobil tua, sepeda tua, stall pertama yang dimiliki, alat cetak logo dan packaging yang dipakai dulu, dsb. Menurut saya, konsep museum ini adalah konsep yang cerdas dan layak ditiru oleh perusahaan - perusahaan besar lainnya di Indonesia. Karena di negara - negara maju, banyak perusahaan yang mendirikan museum serupa, seperti Samsung dan Toyota. Karena dengan museum, masyarakat seperti saya dapat belajar banyak hal. Untuk masuk ke dalam House of Sampoerna ini, pengunjung tidak dipungut biaya, alias gratis my man ^^
House of Sampoerna - sayang sekali tidak ada jadwal melinting rokok waktu saya tiba
Jembatan Suromadu.. hahaha... dasar orang Jakarta norak, saya datang ke Surabaya dan penasaran banget ingin merasakan nyebrang jembatan ini, jadi saya membujuk kolega saya agar ia bersedia menyewa mobil untuk perjalanan kami di Surabaya ^^ Saya berangkat bersama teman saya pada siang hari, sehingga tidak terlalu menarik untuk difoto. Jembatan ini sungguh panjaang dan angin saat berada di atas jembatan ini kencang sekali. Untung kami menggunakan mobil, tidak terbayang bagaimana rasanya jika naik motor. Menurut saya tarif yang berlaku untuk jembatan ini agak mahal, yakni RP 30.000,- sekali jalan, tapi worth to try. Sesampainya diujung jembatan, yaitu di wilayah Madura, saya sempat mampir ke tempat penjualan souvenir di pinggir jalan dan berhasil mendapatkan satu kain batik khas Madura. 
Jembatan Suromadu - sebelah kiri adalah lajur khusus motor
Rawon Setan, tempat makan ini memang sudah memiliki banyak cabang di Jakarta, tapi saya adalah orang yang harus mencoba di tempat aslinya. Sebenarnya saya bertanya - tanya kenapa dinamakan "Setan", apakah karena terlalu pedas? Apakah karena terlalu hitam? Akhirnya, berdasarkan info dari Pak Sopir, dinamakan demikian karena pada jaman dulu, rawon ini buka dari tengah malam sampai subuh gitu. Hehe.. itu toh ternyata alasan dibalik namanya. Tapi, tenang saja, sekarang rawon ini sudah buka koq dari pagi. Jadi, saya coba langsung rawon ini ketika saya mendaratkan kaki kedua kali di Surabaya. Kesimpulannya, rawon ini enaak, karena dagingnya yang empuk, porsinya yang pas untuk saya. Nah, kalau ditanya ada beda dengan cabang di luar Surabaya, saya tidak bisa menjawabnya, karena saya tidak pernah makan Rawon Setan ini di cabang ^^
Rawon Setan - hitamnya pekaat abis
Depot Bu Rudy, nah, tempat makan satu ini setahu saya belum ada cabangnya di Jakarta. Akan tetapi, sambal khas yang dijual depot ini sudah bisa ditemui di Snackzone yang terdapat di beberapa lokasi mal Jakarta. Sambal Bu Rudy ini uenaaaaaaak tenan, terutama sambal bawangnya, pedasnya nendang untuk yang belum terbiasa. Selain sambal bawang, ada juga sambal hijau dan sambal terasi, tetapi dua sambal ini kurang pedas dibandingkan sambal bawang. Aneka sambal ini bisa tahan cukup lama jika kita menyimpannya di kulkas. Setiap kali saya datang ke Kantor Perwakilan Surabaya, pasti saya menyempatkan diri untuk mampir ke depot ini, entah untuk makan ataupun sekedar membeli oleh - oleh. Untuk makanan, saya pernah mencoba Nasi Udang yang katanya ciri khas restoran ini. Lalu kata bos saya, Rawon yang dijual disini juga maknyus. Oia, jika teman - teman mau mencoba Depot Bu Rudy, harap datang sebelum jam 5 PM, karena saya sudah beberapa kali tiba diatas jam 5 PM dan depot sudah tutup ~.~

Warung Bu Kris, sama seperti Rawon setang, tempat makan ini sudah memiliki banyak cabang di Jakarta. Masakan adalah di warung ini adalah berbagai macam penyetan dan sambalnya yang nendang bangeet. Saya ke warung ini ditengah - tengah istirahat saat saya sedang memberikan tes kepada calon - calon mahasiswa. Warung ini kebetulan terletak dekat lokasi hotel kami, sehingga terkejar untuk kami coba. Pada saat kami tiba, warung ini dipenuhi pengunjung. Kami sempat kuatir akan telat karena kami tidak kunjung dilayani dan setelah dilayani, pesanan kami tibanya cukup lama. Jadi, ketika pesanan datang, kami makan secepat kilat ^^ Warung Bu Kris ini enak dengan harga yang terjangkau. Rasanya 11-12 lah dengan Warung Bu Kris di Jakarta. Saya coba Warung Bu Kris di Jakarta setelah saya pulang dari Surabaya dan kolega saya mengajak saya makan siang di cabang Fatmawati.

Dermaga Seafood, adalah restoran yang didengang-dengungkan oleh Kepala Kantor Perwakilan saya di Surabaya. Beliau mengatakan restoran ini adalah favorit bos - bos yang sedang datang berkunjung ke Surabaya. Setelah beberapa kali mengunjungi Surabaya untuk ke lokasi pabrik, akhirnya saya memiliki kesempatan untuk mencoba seenak apa sih restoran ini. Hasilnya adalaah enak koq, apalagi saya baru kembali dari lokasi dengan makanan seadanya ^^ Porsinya cukup besar, seafood nya fresh.. Saat itu kami tidak memesan banyak, hanya ikan, kangkung hotplate dan kerang. Akan tetapi, saya (dan satu teman saya) makan sampai kenyang, sedangkan Kepala Kantor Perwakilan hanya tertawa dan sibuk mengambil foto kami yang makan dengan lahap ^^
Dermaga Seafood - sibuk makan, tapi tetap sadar kamera ^^
Pasar Genteng, tempat untuk membeli oleh - oleh khas Surabaya, mulai dari Kerupuk Nyonya Ong, kue mente, kue blinjo, pia, lapis surabaya, bandeng presto, sampai oleh - oleh yang lagi "in" yaitu Almond Crispy Cheese dan Almond Chocolate Cheese. Pertama kali ke Surabaya, mata saya menggelap dan saya hampir membeli semua jenis oleh - oleh. Tapi setelah beberapa kali bolak balik Surabaya, saya sudah bisa menyeleksi mana oleh - oleh yang maknyus dan disukai keluarga saya. Di pasar ini, terdapat beberapa toko yang sudah punya nama, seperti toko Bhek, toko Bhek Putra, toko Bogajaya, dsb. Dari satu toko ke toko yang lain menjual produk yang sama dengan harga yang kurang lebih sama. Jadi, jika memang memiliki waktu terbatas, menurut saya, cukup satu toko saja yang dikunjungi.

Saya mengunjungi Surabaya (sebisa mungkin) dengan menggunakan maskapai Garuda Indonesia (GA) karena keselamatan, keamanan, kenyamanan dan ketepatan waktu yang ditawarkan maskapai ini. Akan tetapi jika tidak kebagian tiket maskapai ini, saya memilih maskapai "saudara-nya GA", dengan alasan yang sama. 

Pengalaman dengan Garuda Indonesia yang paling saya ingat adalah ketika saya terakhir kali mengunjungi Surabaya di bulan November 2013. Saat itu, kantor baru saya sedang mengadakan ground breaking event di Tuban dan kebetulan saya adalah salah satu seksi sibuknya. Kami berangkat dengan pesawat paling malam, karena langsung dari tempat kerja dan kembali dengan pesawat paling pagi. Peristiwa terjadi ketika saya akan kembali ke Jakarta. Karena kami mengambil penerbangan pagi dan karena shuttle bus yang akan mengantar kami tidak kunjung datang, alhasil kami sampai di bandara dengan waktu yang sangat mepet. Begitu sampai di counter check in dan kami diminta untuk mengumpulkan KTP... jreng - jreng - jreng... saya kehilangan KTP saya. Untuk beberapa saat, saya tidak dapat mengingat dimana saya menghilangkan KTP tersebut, karena saat saya berangkat masih ada. Selain KTP, saya tidak punya tanda pengenal lain dan hanya ada kartu Garuda Frequent Flyer (GFF) di dompet saya. Alhasil, karena waktu mepet, saya bilang ke teman saya untuk coba check in dengan menggunakan GFF dan kalau sampai tidak bisa, ya wassalam.. dag dig dug hati saya karena what should I do if I can't check in? Untungnya, entah ini bagian dari service yang diberikan kepada anggota GFF atau karena kebaikan hati petugas counter, saya bisa check in.. Melalui tulisan ini, ijinkan saya mengatakan "Thank you, Garuda! I safely landed in Jakarta."

Setelah lega bisa check in, foto pun bisa tersenyum
Tulisan kali ini saya buat untuk mengikuti Program #BersamaGaruda yang diadakan Garuda Indonesia bersama dengan Pandji. Pandji, saya kenal manusia lucu ini dari Kakak saya yang senantiasa setia menonton Pandji dan membeli album - albumnya. Jadi, saya pertama kenal melalui lagu yang dibawakan Pandji dengan lirik - liriknya yang membumi dan bagi saya itu TOP BGT deh. Lirik lagu Pandji yang berkisah tentang keluarga, hobi, Indonesia bagi saya sangat menghibur. Dari situ, saya mulai banyak bertanya ke Kakak saya dan mencari info di internet tentang Pandji. Terus, saya tahu sih, Kakak saya itu sering menonton Pandji secara live, tapi karena kantor saya nun jauh di mana dan saya sibuk berpergian keluar kota, saya tidak pernah ikutan. Sampai pada tahun 2013 (telat banget ngga sih?) saat saya sudah pindah ke kantor baru dan Pandji mengadakan acara Twivate Concert di Epicentrum, saya akhirnya bisa datang (YESSS!!!) Kesan pertama saya adalah gokil abis, koq bisa ya ada orang selucu Pandji dan teman - temannya ^^ Sejak itu, saya beberapa kali datang ke acara yang diadakan para komikus. Bagi saya guyonan mereka bukan cuma untuk bahan tertawa saja, tapi juga menjadi perenungan bagi saya secara pribadi mengenai bangsa ini (ciyeeeeeeeeh...) Bagi saya, Pandji menyuarakan apa yang juga saya ingin sampaikan kepada Indonesia (khususnya pemerintahan) Hidup Indonesia!!! Hahaha... Itu saja sih perubahan saya sebelum dan sesudah kenal Pandji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar